Matahari Terbenam diatas Pantai Anyer.

Matahari-terbenam-di-Pantai-Anyer

Matahari-terbenam-di-Pantai-Anyer

 

Anyer,12 Desember 2009 pukul 17.27,

aku melangkahkan kaki mendekati suara deburan ombak, perlahan namun pasti. Sekejapan mata aku melihat jauh di ufuk barat matahari bersinar merah keemasan, pancarkan suasana melankolis. Saat itu aku teringat akan perbincangan dengan seorang rekan kerja tentang apa yang paling aku rindukan, spontan aku menjawab “Aku merindukan matahari terbenam!”. Lama aku terduduk dan pikiranku melayang…
Anyer,13 Desember 2009 pukul 00.27, sekali lagi aku terbius dengan suara mistis itu. Angin malam menerpa wajahku,dinginnya menusuk tubuhku yang hanya terbalut sehelai kaos tipis. Aku rentangkan kedua tanganku dan kutengadahkan wajahku ke kegelapan malam. Jauh disana seleret petir menyambar, seakan badai akan datang. Aku tertawa sinis, sudah ada badai dalam hatiku, jauh sebelum petir itu menyambar.
Tiba-tiba kurasakan angin hangat menyelimuti tubuh kedinginanku, seakan ada sosok gaib yang memelukku erat. Aku keheranan, kubiarkan diriku terhanyut dalam pelukannya. Dia menyandarkan kepalanya ke dadaku, wangi rambutnya, desah nafasnya ikut berirama senada degup jantungku yang meningkat. Kulingkarkan tanganku memeluknya dan aku berbisik hingga nafasku begitu dekat dengan telinganya “Percayalah, kau aman!”. Seketika itu ombak memecah pantai, dan sosok gaib itu lenyap dari sela-sela pelukanku. Aku terbangun dan tak lagi mampu memejamkan mata…
Anyer, 13 Desember 2009 pukul 07.17, aku kembali ketempatku bertemu dengan sosok gaib itu, perbatasan antara mimpi dan kenyataan. Aku mencari sebuah nomor dalam list ponselku dan aku menekan tombol kecil hijau, call, melintasi pulau dan lautan, terdengar suara dari ujung sana suara seorang wanita “maaf nomer yang anda hubungi tidak terdaftar…”
Aku berbalik, dan meninggalkan diriku tenggelam bersama matahari terbenam di atas pantai Anyer.

THE END.

Note diatas fiksi adanya, jika ada kesamaan cerita ya maaf. Maklum masi pemula.

nb: suka…suka…suka sama note ini, berasa membaca draft tulisan Marga T atau Mira W. Sekitar tahun 80-90an banyak banget novel yang gayanya begini ini ni. Tinggal dikembangkan aja, amin.

 

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *