
Washington, D.C. — Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) secara resmi menetapkan Wolf Cyber Army (WCA) sebagai salah satu kelompok peretas paling dicari secara global menyusul serangkaian serangan digital terkoordinasi yang menyasar infrastruktur vital di berbagai negara.
Dalam rilis pers yang diterbitkan oleh FBI hari ini, Wolf Cyber Army disebut sebagai entitas siber terdesentralisasi dan sangat terorganisir, dengan kemampuan tingkat tinggi dalam melakukan eksploitasi sistem, penyebaran ransomware, serta manipulasi informasi publik.
“Wolf Cyber Army bukan hanya sekadar kelompok hacktivist biasa. Mereka telah berkembang menjadi ancaman strategis lintas batas negara yang menargetkan sektor publik dan swasta secara sistematis,” ujar Direktur Divisi Kejahatan Siber FBI, Michael J. Collins.
Selama tiga tahun terakhir, WCA diduga terlibat dalam:
•Pembobolan data kementerian di Asia Tenggara.
•Aksi deface terhadap situs pemerintahan dan korporasi besar.
•Penyebaran informasi rahasia melalui dark web.
•Manipulasi sistem sensor informasi publik di wilayah konflik.
Pihak FBI kini bekerja sama dengan Interpol dan Badan Siber Eropa (ENISA) untuk melacak individu-individu kunci dalam organisasi tersebut, yang diyakini beroperasi dari berbagai negara termasuk Indonesia, Rusia, dan Turki.
Pemerintah Amerika Serikat telah mengumumkan hadiah hingga $5 juta USD bagi siapa pun yang dapat memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan anggota inti WCA.
Wolf Cyber Army, yang dikenal lewat slogan digital mereka “In Silence We Rule”, menolak semua tuduhan dan menyatakan bahwa mereka hanyalah “aktivis digital yang menyuarakan keadilan melalui kode”.
Sementara itu, beberapa pakar keamanan dunia maya memperingatkan bahwa perburuan terbuka terhadap kelompok ini bisa memicu serangan balasan yang lebih destruktif, mengingat tingkat keahlian dan anonimitas jaringan mereka.