Di tengah tantangan lingkungan yang semakin kompleks, harapan bisa datang dari hal yang tampak sederhana: sampah. Dari tumpukan plastik dan botol bekas, lahirlah gerakan baru yang menyatukan kepedulian, teknologi, dan semangat gotong royong.
Inilah kisah Desty Eka Putri Sari, perempuan muda asal Banten, yang berhasil membuktikan bahwa perubahan besar bisa berawal dari langkah kecil — melalui Bank Sampah Digital.
Dari Kepedulian Menjadi Gerakan
Di lingkungan tempat tinggalnya, Desty sering menyaksikan para ibu rumah tangga yang sebenarnya memiliki kepedulian tinggi terhadap kebersihan. Namun, banyak di antara mereka yang kebingungan harus mulai dari mana untuk mengelola sampah rumah tangga dengan benar.
Berawal dari keresahan pribadi terhadap banyaknya sampah di lingkungannya, Desty melihat bahwa masalah terbesar bukan sekadar pada volume sampah, melainkan pada minimnya kesadaran dan sistem pengelolaan yang efisien.
Dari sanalah lahir ide Bank Sampah Digital — sebuah sistem pengelolaan sampah berbasis digital yang tidak hanya membantu masyarakat memilah dan menabung sampah, tetapi juga memberikan nilai ekonomi dan sosial bagi warga sekitar.
Dengan aplikasi sederhana, warga bisa menukar sampah yang sudah dipilah menjadi saldo digital, yang kemudian bisa digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Desty menjelaskan bahwa konsep yang diterapkannya serupa dengan menabung di bank, hanya saja yang disetorkan bukan uang, melainkan sampah yang masih memiliki nilai.
Satukan Gerak, Selamatkan Lingkungan

Gerakan ini perlahan tumbuh menjadi gerakan bersama. Desty tidak berjalan sendiri — ia menggandeng ibu rumah tangga, pelajar, hingga pelaku UMKM lokal untuk ikut serta.
Setiap pekan, warga Banten membawa sampah plastik, botol kaca, dan kertas ke titik pengumpulan (waste point) yang dikelola bersama. Hasilnya? Lingkungan jadi lebih bersih, masyarakat jadi lebih peduli, dan ada sumber ekonomi alternatif yang berkelanjutan.
Lebih dari sekadar mengurangi sampah, Bank Sampah Digital menjadi wadah pemberdayaan perempuan dan edukasi lingkungan. Ibu-ibu yang dulunya hanya diam di rumah kini menjadi agen perubahan di lingkungannya.
Mereka belajar memilah, mengelola, bahkan berinovasi menciptakan produk daur ulang. Dari tas belanja hingga pot tanaman, semuanya lahir dari tangan-tangan kreatif yang dulu dianggap “tidak berdaya”.
Menurut Desty, perubahan bukan hanya soal lingkungan yang bersih. Tapi tentang bagaimana setiap orang merasa punya peran.
Dampak Nyata: Lingkungan, Ekonomi, Komunitas

CEO Bank Sampah Digital (BSD), Desty Eka Putri Sari, menuturkan bahwa perjuangan mereka tidak hanya soal mengolah limbah, tetapi juga menumbuhkan gerakan kebaikan sosial di tengah masyarakat. Selama lebih dari lima tahun, tim BSD aktif turun ke kampung dan perumahan warga, mengenalkan konsep menabung sampah, memanen manfaat. Dari sana lahir berbagai inovasi, termasuk Program Sedekah Sampah di masjid dan musala.
“Kami ingin mengubah cara pandang masyarakat, bahwa sampah bukan akhir dari sesuatu, tapi awal dari perubahan,” ungkap Desty seperti yang dilansir dari website kemenag.go.id.
Dari gerakan ini, telah tersalurkan:
- Tunjangan Hari Raya (THR) untuk khadimat dan takmir masjid,
- Santunan anak yatim dan janda duafa,
- 1.033 paket sembako, serta
- 24.000 liter air bersih untuk warga di wilayah kering Serang Utara seperti Pontang, Tirtayasa, dan Tanara — daerah kelahiran ulama besar Syekh Nawawi al-Bantani.
BSD kini memiliki 4.900 nasabah aktif dan telah mengelola lebih dari 150 ton sampah anorganik sepanjang 2020–2024. Dari total itu, sekitar 85% berhasil didaur ulang menjadi produk bernilai ekonomis, seperti pot tanaman, paving block, hingga bahan bakar alternatif.
Astra dan Gerakan “Satukan Gerak, Terus Berdampak”
Semangat yang dibawa Desty sejalan dengan tema besar Anugerah Pewarta Astra 2025: “Satukan Gerak, Terus Berdampak.”
Melalui ajang ini, Astra mengajak insan media dan masyarakat luas untuk menceritakan kisah inspiratif dari seluruh penjuru Indonesia — kisah nyata tentang gerakan yang memberi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan secara berkelanjutan.
Gerakan seperti Bank Sampah Digital adalah bukti bahwa Astra tidak sekadar menjadi perusahaan besar yang berorientasi bisnis, tapi juga agen perubahan sosial yang hadir di tengah masyarakat.
Astra percaya, jika setiap individu bersatu dalam gerakan kecil yang konsisten, maka dampaknya akan jauh melampaui batas — baik untuk manusia maupun bumi tempat kita berpijak.
Dampak Nyata yang Terus Bergulir
Kini, Bank Sampah Digital bukan sekadar proyek lokal. Ia telah menjadi model inspiratif yang bisa direplikasi di banyak daerah. Beberapa komunitas di luar Banten mulai mengadopsi sistem serupa — digitalisasi pengelolaan sampah dengan sistem tabungan berbasis poin.
Hasilnya tidak hanya mengurangi timbunan sampah, tapi juga menumbuhkan kesadaran baru tentang ekonomi sirkular. Sampah tidak lagi dianggap akhir dari sesuatu, tapi awal dari kehidupan baru.
Melalui platform digital, masyarakat belajar bahwa menjaga lingkungan bukan tugas satu orang atau satu lembaga, melainkan tanggung jawab bersama yang dimulai dari langkah kecil di rumah sendiri.
Satukan Gerak, Terus Berdampak
Kisah Desty Eka Putri Sari dan Bank Sampah Digital adalah refleksi nyata dari tema “Satukan Gerak, Terus Berdampak.”
Ketika kepedulian bertemu dengan inovasi, ketika teknologi bersanding dengan empati, maka lahirlah perubahan yang bukan hanya terasa hari ini — tapi juga akan terus berdampak untuk generasi mendatang.
Dari Banten, gerakan kecil ini membuktikan bahwa siapa pun bisa menjadi agen perubahan.
Karena sejatinya, membangun masa depan tidak selalu dimulai dari hal besar — cukup dari keberanian satu langkah kecil untuk peduli.
#APA2025-PLM
Referensi:
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/10/04/bank-sampah-digital-inovasi-desty-eka-putri-sari-membawa-harapan-dari-sampah
- https://serang.pom.go.id/berita/bersamamu-melindungimu-zero-waste-inovasi-terbaru-balai-besar-pom-di-serang
- https://banksampahdigital.com/
- https://kemenag.go.id/nasional/kemenag-libatkan-bank-sampah-digital-edukasi-pengelolaan-lingkungan-ctT6U
